Selasa, 13 Maret 2012

Saat Bunda Sakit

  Melihat Ibumu yang sedang terbaring di kamarnya dan terlihat lelah, apa perasaanmu saat itu? Tentunya sedih melihatnya. Sebagai seorang anak kamu langsung menanyakan apa yang sedang terjadi, dan jika Ibumu menjawab, Ibu hanya sakit biasa sesudah lama bekerja mungkin kamu tidak akan merasakan kecemasan.
   Namun apabila saat itu Ibu benar-benar terserang penyakit, bagaimana yang akan kamu lakukan? Saat hanya ada kamu dan Ibumu berdua. Menurutku itu merupakan saat yang tepat untuk berbakti kepada Bundamu. Demikian kejadian yang sudah menimpa temanku Sandi. Kejadian tersebut dituangkan dalam tulisanku berikut.
 
   Saat itu Sandi merupakan pelajar SMP, ia dikenal sebagai remaja yang baik dan pintar. Ayahnya belum lama meninggal sejak Ibunya mengandung janin Adiknya, ia hanya berdua dengan Ibunya yang hanya seorang pedagang nasi kuning. Singkat cerita ia harus mengurusi Ibunya yang sedang hamil dan terserang penyakit. Ibunya terserang penyakit pada waktu sudah mengandung selama 5 bulan.
   Ketika itu Sandi menuju rumahnya setelah pulang dari sekolah dan sesampainya. Ia terkejut melihat Ibunya sedang mutah-muntah, sebagai seorang anak Sandi menanyakan apa yang sedang terjadi, mendengar suaranya ia merasa cemas dan langsung membawanya ke Puskesmas. Ternyata Ibunya terserang penyakit demam berdarah dokter pun menyarankan untuk merawatnya.
   Selama penyembuhan tersebut Sandi harus menemani dan membantunya agar cepat membaik. Di rumahnya ia harus berdagang karena ia pun mengerti apabila tidak begitu darimana ia bisa membayar biaya perwatan Ibunya. Semua aktivitas dilakukan secara mandiri mulai dari pagi hari mempersiapkan dagangannya dan segala urusan rumah sampai ia bersiap berangkat menuju sekolahnya.
   Meskipun begitu, ia bersemangat mengingat Ibunya yang sedang mengandung. Setelah bersekolah Sandi menjenguk Ibunya dengan berjalan kaki menuju Puskesmas karena ia harus menghemat uang hasil jualannya, hingga sore. Lalu ia mendiami dan menjaga rumahnya kembali. Begitulah kesehariannya saat itu.
   Saat malam tiba terkadang ia tergangu ketika sedang belajar, memikirkan bagaimana biaya perwatan Ibunya dan biaya sekolahnya ke depan. Sering terlintas dibenaknya mengapa tuhan memanggil nyawa Ayahnya padahal Ayahnya sedang menantikan buah hatinya dilahirkan.
   Tetapi ia tidak mau terus mengingatnya dan berlarut-larut dalam kesedihan. Sebagai anak yang cerdas ia pun mulai berpikir bagaimana caranya mencukupi semua biayanya, karena tidak mungkin hanya mengandalkan nasi kuningnya. Melihat di dekat rumahnya ada sebuah tempat pencucian mobil, ia berharap semoga pemiliknya bersedia menerima sebagai tukang cuci. Ternyata pemiliknya berbaik hati dan menerimanya dengan upah 15000 rupiah. Uang tersebut disimpannya hingga ada keperluan yang mendesak saja baru ia mengeluarkannya. Ia berharap nantinya semua uang yang ia hasilkan dan ia kumpulkan dapat membayar biaya perwatan Ibunya. Walaupun dirinya tahu uang tersebut tidak cukup.
   Hari berlalu keadaan Ibunya pun mulai membaik, ini saatnya untuk ia lebih berpikir untuk mencari penghasilan tambahan. Namun kali ini usahanya tidak berbuah apa-apa. Karena waktu sudah dekat dan Ibunya sudah sembuh dari penyakitnya. Ia pun terpaksa menjual TV peninggalan Ayahnya.
   Setelah ia mengantar Ibunya pulang. Sesampainya di rumah Ibunya bertanya tentang sekolahnya, Sandi menjawab bahwa biaya sekolah sudah lama menunggak dan ia tidak tahu berapa besar biaya tersebut. Ibunya pun menjawab, Ibu akan mulai giat lagi mencari uang dan akan segera melunasinya. Mendengar ucapan itu Sandi merasa kasihan karena Ibunya baru saja sembuh dari penyakitnya jelas saja karena ia anak yang baik dan pintar. Ia tahu jika terus melanjutkan sekolahnya, Ibunya harus kerja keras apalagi Ibunya sedang mengandung janin Adiknya.
   Tak mau berlama-lama, pada malam harinya ia memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah, ia pun berkata pada Ibunya bahwa ia lebih baik bekerja dan membantu Ibunya. Dan anak itu berkeinginan ketika Adiknya dilahirkan dapat menjadi lebih baik darinya.

   Sekian cerita pendek nonfiksi yang aku buat. Dari kisah singkat tersebut semoga pembaca dapat mengerti maksudnya yang secara singkat yaitu seorang anak yang rela mengorbankan pendidikan demi Ibu tercinta. Mulai saat ini apakah kamu ingin lebih mencintai Ibumu, mengurusinya untuk kembali sehat, karena "Bunda sehat generasi pun sehat."

Senin, 02 Januari 2012

Jangan putus asa, seperti kodok di sumur

semua orang mungkin pernah mengalami putus asa, termasuk anda. merasa lelah dan menyerah karena sulit mencapai tujuan yang diharapkan ataupun karena sebab lainnya, putus asa terjadi karena hilangnya semangat dan berhenti berharap setelah melakukan perjuangan sebelumnya. akibat dari rasa putus asa ini dapat mengakibatkan seseorang stres dan depresi yang disebabkan oleh perasaan yang sangat kecewa bahkan dapat membuat seseorang mengakhiri hidupnya karena rasa hati dan pikiran sangat tertekan hebat sehingga tidak sanggup untuk menhadapi dan menahan sesuatu yang menimpa. untuk itu saya akan sedikit bercerita supaya anda termotivasi untuk tidak mudah putus asa.

sepedarusak.blogspot.com



cerita ini saya dapatkan beberapa tahun lalu setelah mendengarkan pengalaman hidup ayah saya, singkat cerita dia hampir putus asa karena tidak berhasil lulus SMA, dia pun menceritakan bagaimana perasaannya saat itu yang sangat kecewa kemudian hari-harinya dilewati dengan kebimbangan antara melanjutkan SMAnya atau sebaliknya dan suatu hari seperti biasanya di waktu pagi dia ke halaman rumahya untuk membawa air sumur ke bak mandi, di dalam sumur ternyata ada satu kodok yang sedang berusaha naik ke atas dinding sumur yang permukaannya tidak rata namun kodok itu terjatuh kembali, tapi entah mengapa pada saat itu ayah saya tidak menghiraukannya. keesokan harinya dia melihat kodok itu masih berusaha keluar dari dalam sumur, keesokan harinya lagi dia tidak ke sumur pagi hari karena hujan begitu deras yang membuat air sumur bertambah, namun dia melakukannya di siang hari dan melihat halyang sama (kodok). 4 hari berikutnya
cuaca tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya karena pada sat itu sedanag musim hujan, air sumurpun semakin bertambah sehingga hampir membuat air luber. untuk kesekian kalinya lagi dia melihat kodok itu, namun kali ini kejadiannya berbeda kodok tersebut berhasil naik dan melonvat ke permukaan kemudian pergi mnuju sawah yang gembur dan berair, kebetulan rumah ayah saya pada saat itu di daerah dataran tinggi dan berada sisi persawahan.
selesai di suur dia merasa heran mengapa kodok tersebut dapat bertahan hidup dan mampu untuk terus merenagi air permukaan padahal sudah kurang levih 7 hari di sumur seharusnya kodok sudah mati dan mengambang menjadi bangkai karena kodok berbeda dengan katak, ayah saya pun berpikir, dan entah mengapa pada saat itu pikirannya juga terhubung dengan keraguannya untuk melanjutkan sekolah atau tidak.

setelah sedikit menceritakan kejadian tersebut pada saya lalu dia menjelaskan apa hubungan kodok dengan kehidupannnya, ayah saya berkata sesudah beberapa hari kemudian dia baru tersadar bahwa pada saat pertama kali melihat kodok di sumur entah, mengapa? perasaannya tidak mau menghiraukan dan seharusnya lagsung mengambilnya dengan timbaan (pengangkut air sumur) agar kodok tidak mati dan menjadi bangkai serta mencemari air, mengapa? kodok bisa bertahan hidup, mengapa? pikirannya langsung terhubung. keanehan itu mungkin karena tuhan menginginkannya untuk tidak putus asadengan menyadarkannya lewat kejadiaan tersebut, dan kejadiaan itu bermakna bahwa ketika kodok salah melompat da jatuh ke dalam sumur ia langsung berusaha untuk naik, mencoba di dinding sumur dengan menggapai sela-sela perukaan meskipun kakinya tidak kuat menahan licinnya tanah sehingga membuatnya terjatuh kembali ke permukaan walaupun terus terjatuh ke permukaan namun ia terus berusaha untuk merenangi air dan penuh semangat mengambil nafas yang akan membuatnya tetap hidup, setelah melakukan usaha panjang bersamaan dengan berlalunya hujan panjang yang membuat si kodok terbantu untuk naik ke atas dengan cara mengambang di atas permukaan air akhirnyaberkat kegigihannya ia berhasil keluar dari sumur dengan sedikit merayap dan melompat ke permukaan yang membuatnya dapat sampai ke tujuan yaitu sawah habitatnya. begitupun pada menusia ketika seseorang mengalami cobaan cepatlah berusaha untuk bangkit dan menyelesaikan masalah, jangan pernah menyerah pada keadaan meskipun sulit teruslah untuk mencobanya, sertai kesabaran yang penuh keyakinan dan selalu bersemangat karena itu adalah cara untuk kuluar dari cobaan yang akan membawa kita mencapai tujuan.

setelah mendengar penjelasannya saya pun dapat memahaminya dan merasa ternasehati supaya tidak putus asa kembalidan inilah alasan saya membuat judul tulisan "jangan putus asa, seperti kodok di sumur", lalu apakah anda memahami belajar hidup dari seekor kodok?
mohon maaf apabila anda kurang mengerti mengenai tulisan ini, itu akibat dari kesalahan saya sendiri.
terimakasih sudah membaca.